About Elsha

E+L+S+H+A    P+A+R+A+W+I+R+A 

ELSHA name stands for something I cant share :p

PA       = PA dang

RA       = maduRA

WI       = W******** (disamarkan demi keamanan account bank yang selalu request nama Mami 😆 )

RA       = ***RAl***

Mami gave the name for me with Papi’s approval.

Parawira.

*after my birth, ‘pariwara’ word just appeared in television as a kind of advertisment  showed in TV. Sigh. It’s ok as long as the name do not change one another 😀

Born in Jakarta, then ten years later moved to Bukittinggi.

Then, got a scholarship from Pak Bakrie, and studied in his campus “Universtitas Bakrie” ❤ ❤ ❤

Who is Elsha? What does she like and hate?

You should figure it out by yourself 😀

Well, bagi-bagi tentang hobbies aja ya…

Seneng baca karena baca bawa saya ke dunia fantasi yang disajikan oleh pengarangnya. I feel free to make my own imagination.

Senang dengan musik, terutama klasik, mungkin karena dulu selama 6 tahun intens belajar Piano Klasik, jadi doyannya ya musik klasik 😎 tapi jangan minta saya main piano lagi, udah gak lancarrr kayak dulu yang sampe jari tangan ngebuttt di tuts piano. Efek positifnya: tangan saya jadi lentik, euy. hahahaha.

Really fond of writing a script, senang membayangkan suatu adegan film, mengira-ngira OST apa yang cocok, kemudian bayangin perasaan penontonnya, kalau saya pikir ‘kurang ngena’, akan saya ganti dengan imajinasi adegan lain dengan pengeditan sana-sini.

*anak akun hobi film?? why not !! 😛

Hobi lain: bikin filosofi pribadi. Senang perhatiin tingkah manusia, terus dianalisis… sempat ngayal ketemu Pak Plato dan Om Socrates. Ya… sebagian pemikiran-pemikiran itu saya share di blog.

I am really crazy about kids. Jangan heran jika lihat saya histeris kalo ketemu anak kecil. Sampai teman-teman saya ngayal saya culik anak-anak satu wilayah Menteng Atas 😆 Bisa sedih kalau lihat anak kecil terlantar, dan sedihnya itu lebay berlebihan.

Mengenai keturunan yang campuran Padang dan Madura (Ada sih Arab dan Cina nya dikiiiitttttt dari Opa) yang jadi nama belakang saya ini, kata sepupu, kami (saya dan adik-adik) dapat keturunan yang bagus. Padang terkenal akan otak cerdik nya dalam bisnis, saingan Cina deh. Sedangkan Madura terkenal berani. Cerdik dan berani. Kalo disalahgunakan bisa bahaya 

Minangkabau, menganut sistem matrilineal, mengikuti garis keturunan ibu, baik dalam hal suku ataupun warisan. Sedangkan Madura menganut sistem patrilineal. Jadi kalau kata kampung Mami yang di Madura, saya itu ngikut keturunan Papi. Tetapi kalau kata orang-orang Minang, kami itu ikut Mami, kampung kami di Madura. Dengan kata lain: kami (my siblings and I) tidak diterima dimana-mana.  😥

Ngomong2 tentang gak diterima dimana2 ini (dalam artian gak punya kampuang) jadi inget duluuuu Papi memberi wejangan kepada kami, entah apa yang sedang dipikirin Papi, beliau berkata :

“Anak-anak Papi yang perempuan, cari orang Jawa. Yang laki-laki, cari orang Minang, biar cucu Papi punya kampung”

Hahaha. Yang senasib ma saya boleh ditiru lho ini nasihat Papi saya

Well.. dah ngelantur. Gini kalo disuruh nulis bisa panjang lebar, dibanding ngomong lisan, saya prefer nulis. Gak bisa banyak omong kecuali dah ketemu chemistry ma lawan bicara. Kalo lebih dari 5 menit saya bisa ngobrol casual dengan seseorang, berarti otak (dan hati) saya terima orang tsb. hehehe

Should make it as finish line for now 🙂 further infos about me are in my posts. Feel free to read them.. anything good in life is better shared, rite? what’s the point of being success if the succeed isn’t shared, even only the story behind, so others could learn. Read and bring the positive vibes only from this blog, kindly ignore my negative ones. Oh! moreover, I really dont care about my Bahasa grammar, I usually use a casual style of Bahasa, for instance Sampe instead of Sampai. Liat for Lihat. Anak2 for anak-anak. hahahaha… deal with this, grammar-nazi 😀

See u around.